Salah satu jenis aset kripto yang paling penting disebut sebagai stablecoin. Seperti namanya, stablecoin tahan terhadap volatilitas yang mengganggu mata uang digital lainnya. Hal ini disebabkan karena stablecoin didukung oleh aset-aset lain yang bernilai. Harganya dipatok pada mata uang fiat, yang mana umumnya menggunakan USD.
Namun, satu masalah yang dihadapi stablecoin adalah bahwa sebagian besar stablecoin ini bersifat terpusat. Pasokannya dikendalikan oleh sebuah perusahaan, seperti Tether untuk USDT, atau Circle untuk USDC. Selama bertahun-tahun, industri kripto berusaha untuk membuat bentuk alternatif stablecoin yang terdesentralisasi dan tahan sensor. Hal ini akhirnya menyebabkan terciptanya RToken, dan Reserve Rights (RSR).
Apa Itu Reserve Rights?
Reserve Rights adalah protokol terdesentralisasi untuk stablecoin yang didukung aset. Beroperasi dengan sistem token ganda (dual-token), protokol ini bertujuan untuk membuat stablecoin yang tahan terhadap sensor. Stablecoin utamanya, RSV, merupakan token kripto awal mereka, sedangkan yang kedua, RSR, berfungsi sebagai token ERC-20, yang memiliki peran ganda. Khususnya, RSR beroperasi sebagai token tata kelola, yang memungkinkan holder-nya untuk mengusulkan dan memberikan suara pada perubahan protokol. Selain itu, RSR sangat penting untuk jaminan berlebih untuk stablecoin protokol tersebut, yaitu RSV.
Tim Reserve Rights
Matt Elder dan Nevin Freeman mendirikan Reserve Rights. Elder, yang sebelumnya bekerja di Google dan Quixey, sekarang menjabat sebagai CTO Reserve, membawa keahliannya dalam bidang teknik ke dalam proyek ini. Sebagai seorang wirausahawan berpengalaman, Freeman memimpin tim sebagai CEO, mempelopori visi Reserve. Proyek yang diluncurkan pada tahun 2019 ini telah mengalami pertumbuhan yang signifikan di bawah bimbingannya. Selain itu, tim Reserve telah berkembang hingga mencakup lebih dari 200 individu berbakat, termasuk developer, insinyur, ahli hukum, dan staf kepatuhan.
Native Token Reserve Rights: RSR
Native crypto Reserve Rights dikenal sebagai token RSR. Token ini diperkenalkan pada bulan Mei 2019, dengan harga peluncuran awal sebesar US$0,005. Tim proyek ini telah melakukan mining pasokan total sebanyak 100 miliar unit. Saat ini, pasokan token RSR yang beredar mencapai 50,6 miliar.
Bagaimana Cara Kerja Reserve Rights?
Token RSR proyek digunakan sebagai jaminan atas stablecoin Reserve melalui staking dan tata kelola. Oleh karena itu, RSR ada sebagai penahan agar holder stablecoin Reserve tetap utuh jika terjadi gagal bayar pada token kolateral. Satu-satunya cara bagi holder RSR untuk memberikan kolateral berlebih ini adalah dengan memasukkan token mereka dalam staking di pool staking stablecoin Reserve. Sebagai imbalannya, staker akan mendapatkan reward berdasarkan distribusi pendapatan dari protokol tersebut. Selain itu, RSR digunakan sebagai token tata kelola Reserve Rights. Oleh karena itu, holder RSR dapat memberikan suara dan mengusulkan perubahan dalam protokol.
Use Case Token RSR
Token RSR memiliki tujuan ganda, menawarkan kesempatan kepada pengguna untuk melakukan staking dan berpartisipasi dalam tata kelola. Pengguna memiliki kemampuan untuk menyarankan modifikasi dan memberikan suara pada proposal yang diajukan oleh sesama pengguna. Selain itu, token RSR dapat digunakan dalam staking, berperan dalam overcolllateralizing stablecoin Reserve Rights, sehingga memungkinkan holder-nya untuk mendapatkan annual percentage yield (APY) yang terkait dengan jumlah yang mereka masukkan dalam stake. Selain itu, token dapat diperdagangkan dengan mulus di pasar terbuka, membuka peluang untuk pertukaran.
Distribusi Token RSR
Reserve Rights mengalokasikan tokennya dengan rincian sebagai berikut:
- 49,4% dari total pasokan dikunci dalam smart contract yang disebut "Slow Wallet" untuk dirilis secara bertahap.
- 3% dialokasikan untuk peserta initial exchange offering (IEO) Huobi Prime.
- 2,85% dicadangkan untuk proyek.
- 1% didistribusikan kepada investor swasta.
- 43,75% dari token dilepaskan ke dalam sirkulasi.